IPSI Singkatan dari: Mengungkap Akar dan Makna Ikatan Pencak Silat Indonesia

Oct 29, 2025 by recoveryshake.com 26 views

IPSI Singkatan dari: Mengungkap Akar dan Makna Ikatan Pencak Silat Indonesia

Dalam kancah olahraga dan kebudayaan Indonesia, nama IPSI sering disebut, terutama ketika berbicara tentang seni bela diri tradisional yang kaya akan nilai dan filosofi, yakni Pencak Silat. Namun, tidak semua memahami secara mendalam IPSI singkatan dari apa dan betapa krusialnya peran organisasi ini bagi kelangsungan hidup serta perkembangan Pencak Silat, baik di tingkat nasional maupun internasional. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), dari sejarah pembentukannya yang inspiratif, fungsi dan perannya yang multifaset, hingga tantangan dan prospek masa depannya dalam menjaga warisan budaya bangsa yang tak ternilai ini. Memahami IPSI berarti memahami salah satu pilar utama pelestarian identitas dan kebanggaan nasional.

Sejarah dan Fondasi Terbentuknya IPSI

IPSI singkatan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia, sebuah organisasi payung yang didirikan dengan visi besar untuk menyatukan dan mengembangkan Pencak Silat di seluruh penjuru Nusantara. Pembentukan IPSI bukanlah peristiwa tunggal yang berdiri sendiri, melainkan merupakan hasil dari perjalanan panjang dan upaya kolektif para tokoh bangsa yang peduli terhadap kelestarian seni bela diri asli Indonesia ini. Sebelum kemerdekaan, berbagai aliran dan perguruan Pencak Silat hidup dan berkembang secara sporadis di berbagai daerah, masing-masing dengan ciri khas, jurus, dan filosofi tersendiri. Kondisi ini, meskipun kaya akan keragaman, juga menghadirkan tantangan dalam hal standardisasi, koordinasi, dan representasi yang kuat di mata dunia. Pada masa perjuangan kemerdekaan, Pencak Silat justru menjadi salah satu media penting bagi rakyat untuk melatih fisik dan mental, mempersiapkan diri menghadapi penjajah. Semangat nasionalisme yang membara kala itu turut mendorong keinginan untuk memiliki sebuah wadah yang dapat menyatukan seluruh potensi Pencak Silat sebagai simbol identitas dan ketahanan bangsa. Oleh karena itu, pasca-kemerdekaan, gagasan untuk membentuk sebuah organisasi nasional yang dapat merangkul semua perguruan dan aliran Pencak Silat semakin menguat, dipelopori oleh tokoh-tokoh penting seperti Brigjen TNI (Purn.) Tjokropranolo, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Pencak Silat Indonesia. Upaya konsolidasi ini memuncak pada tanggal 18 Mei 1948, di Surakarta, Jawa Tengah, ketika Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (kemudian disingkat menjadi IPSI) secara resmi didirikan. Pembentukan ini menjadi momen historis yang menandai dimulainya era baru bagi Pencak Silat, dari yang sebelumnya terpecah belah menjadi satu kekuatan yang terorganisir di bawah satu payung organisasi. Para pendiri IPSI memiliki visi yang jelas: menjadikan Pencak Silat bukan hanya sebagai alat bela diri, tetapi juga sebagai seni, olahraga, dan bagian integral dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang. Dengan fondasi yang kuat ini, IPSI memulai perjalanannya sebagai garda terdepan dalam menjaga dan memajukan Pencak Silat Indonesia.

Sejak kelahirannya pada tahun 1948, IPSI telah melalui berbagai fase perkembangan, tantangan, dan adaptasi untuk tetap relevan dengan dinamika zaman. Pada dekade-dekade awal setelah pembentukan, fokus utama IPSI adalah pada penguatan internal, yakni menyatukan berbagai perguruan yang tersebar di seluruh kepulauan, menstandardisasi kaidah-kaidah dasar, dan membangun struktur organisasi yang kokoh. Hal ini bukanlah tugas yang mudah, mengingat keberagaman tradisi dan filosofi setiap perguruan. Namun, dengan semangat persatuan dan tekad kuat, IPSI berhasil membuktikan diri sebagai perekat yang efektif. Pada era 1970-an, di bawah kepemimpinan Letjen TNI (Purn.) Eddy Nalapraya, IPSI mulai melangkah lebih jauh, tidak hanya fokus pada aspek internal tetapi juga merambah ke kancah internasional. Inisiatif ini kemudian membuahkan hasil dengan terbentuknya PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa) pada tahun 1980, yang menjadikan Pencak Silat semakin dikenal luas di mancanegara. Keberadaan PERSILAT ini adalah bukti nyata keberhasilan IPSI dalam mempromosikan Pencak Silat sebagai olahraga prestasi dan warisan budaya yang mendunia. Melalui IPSI, Pencak Silat tidak hanya dipertandingkan dalam ajang nasional seperti Pekan Olahraga Nasional (PON), tetapi juga menjadi cabang olahraga yang diakui dalam ajang regional seperti SEA Games dan Asian Games. Perjalanan IPSI adalah cerminan dari semangat ketekunan dan dedikasi untuk menjaga agar Pencak Silat tetap hidup, berkembang, dan bersinar sebagai salah satu kekayaan tak benda yang paling berharga dari Indonesia. Dari awalnya sebagai inisiatif lokal, kini IPSI telah berhasil membawa Pencak Silat ke panggung global, menjadikannya kebanggaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Peran dan Fungsi Utama IPSI dalam Pengembangan Pencak Silat

Sebagai organisasi induk Pencak Silat di Indonesia, IPSI singkatan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia, memikul tanggung jawab yang sangat besar dan menjalankan berbagai peran serta fungsi krusial yang saling terkait. Peran utamanya dapat dikategorikan menjadi beberapa pilar: sebagai pelindung, pengembang, promotor, dan regulator Pencak Silat. Dalam perannya sebagai pelindung, IPSI berupaya melestarikan nilai-nilai luhur, filosofi, serta kekayaan jurus dan teknik yang terkandung dalam setiap aliran Pencak Silat. Ini termasuk mendokumentasikan, mengarsip, dan memastikan bahwa pengetahuan tradisional tidak hilang ditelan zaman. Upaya pelestarian ini sangat vital mengingat Pencak Silat adalah warisan tak benda yang kaya akan kearifan lokal. Selanjutnya, sebagai pengembang, IPSI tidak hanya berhenti pada pelestarian, tetapi juga secara aktif mendorong inovasi dan pengembangan Pencak Silat agar tetap relevan dan menarik bagi generasi muda. Ini mencakup pengembangan kurikulum pelatihan, standarisasi teknik, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia seperti pelatih, wasit, dan juri. Pengembangan ini memastikan bahwa Pencak Silat dapat terus berevolusi tanpa kehilangan esensinya. Salah satu fungsi paling terlihat dari IPSI adalah sebagai promotor. Organisasi ini secara gencar mempromosikan Pencak Silat, baik sebagai olahraga prestasi, seni pertunjukan, maupun bela diri praktis, di tingkat nasional maupun internasional. Promosi dilakukan melalui berbagai kejuaraan, festival seni, demonstrasi budaya, dan partisipasi dalam ajang olahraga multi-event. Tujuannya adalah meningkatkan awareness dan menarik minat masyarakat luas untuk belajar serta mencintai Pencak Silat. Terakhir, sebagai regulator, IPSI menetapkan aturan main, standar kompetisi, dan kode etik bagi seluruh anggota perguruan dan atlet Pencak Silat. Regulasi ini penting untuk menciptakan lingkungan yang adil, sportif, dan berintegritas dalam setiap aspek kegiatan Pencak Silat. Melalui berbagai peran ini, IPSI memastikan bahwa Pencak Silat tidak hanya bertahan, tetapi juga terus tumbuh dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.

Lebih dari sekadar fungsi administratif, IPSI juga berperan penting dalam membentuk karakter dan identitas nasional melalui Pencak Silat. Filosofi yang tertanam dalam setiap gerakan Pencak Silat, seperti menjunjung tinggi budi pekerti luhur, sportivitas, persaudaraan, dan keberanian, secara aktif diajarkan dan disebarluaskan oleh IPSI kepada para pesilatnya. Ini menjadikan Pencak Silat bukan hanya sekadar olahraga atau seni, tetapi juga sebuah media pendidikan karakter yang ampuh. Dalam lingkup olahraga prestasi, IPSI bertanggung jawab penuh dalam penyelenggaraan kejuaraan di berbagai tingkatan, dari tingkat daerah, provinsi, nasional (seperti Kejurnas dan Pra-PON), hingga koordinasi untuk partisipasi atlet di ajang internasional. Proses seleksi, pembinaan, hingga pengiriman kontingen atlet ini memerlukan manajemen yang profesional dan berkelanjutan. Untuk menunjang hal tersebut, IPSI secara rutin mengadakan pelatihan wasit dan juri, pelatih, serta manajemen organisasi, guna memastikan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam ekosistem Pencak Silat tetap tinggi dan sesuai standar internasional. Selain itu, IPSI juga berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah, perguruan-perguruan Pencak Silat, dan masyarakat. Melalui dialog dan kerja sama, IPSI berusaha menyelaraskan kebijakan pemerintah terkait olahraga dan budaya dengan kebutuhan serta aspirasi komunitas Pencak Silat. Kontribusi IPSI juga tidak terbatas pada pengembangan atlet, melainkan juga pada pengembangan kebudayaan. Berbagai festival seni Pencak Silat yang diselenggarakan IPSI menjadi ajang bagi masyarakat untuk menikmati keindahan gerakan, iringan musik tradisional, dan filosofi yang terkandung dalam setiap penampilan. Dengan demikian, peran dan fungsi IPSI sangatlah komprehensif, mencakup aspek olahraga, seni, budaya, pendidikan, dan bahkan diplomasi, menjadikan organisasi ini tulang punggung bagi eksistensi Pencak Silat di Indonesia dan dunia.

Struktur Organisasi dan Jangkauan IPSI: Dari Lokal hingga Internasional

Memahami IPSI singkatan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia juga berarti memahami bagaimana organisasi ini terstruktur dan bagaimana jangkauannya membentang dari tingkat paling lokal hingga ke panggung internasional. Struktur organisasi IPSI dirancang secara hierarkis dan terpadu, bertujuan untuk memastikan koordinasi yang efektif serta pelaksanaan program yang seragam di seluruh wilayah Indonesia. Di puncak piramida terdapat Pengurus Besar (PB) IPSI atau Pengurus Pusat (PP) IPSI, yang berkedudukan di ibu kota negara dan merupakan badan tertinggi yang bertanggung jawab atas perumusan kebijakan nasional, strategi pengembangan, serta representasi IPSI di mata pemerintah dan organisasi internasional. PP IPSI inilah yang menjadi motor penggerak utama dalam menentukan arah dan prioritas pengembangan Pencak Silat secara menyeluruh. Di bawah PP IPSI, terdapat Pengurus Provinsi (Pengprov) IPSI di setiap provinsi di Indonesia. Pengprov IPSI bertanggung jawab mengimplementasikan kebijakan dan program dari PP IPSI di tingkat provinsi masing-masing, serta melakukan pembinaan terhadap Pencak Silat di wilayahnya. Mereka juga bertugas menyelenggarakan kejuaraan daerah dan menyeleksi atlet untuk mewakili provinsi di ajang nasional. Selanjutnya, pada level yang lebih rendah, terdapat Pengurus Kabupaten/Kota (Pengkab/Pengkot) IPSI yang beroperasi di setiap kabupaten atau kota. Pengkab/Pengkot IPSI merupakan ujung tombak dalam pembinaan dan pengembangan Pencak Silat di tingkat akar rumput, bekerja sama langsung dengan berbagai perguruan Pencak Silat yang ada di wilayahnya. Mereka bertanggung jawab atas penyelenggaraan latihan rutin, kompetisi lokal, dan penjaringan bakat-bakat muda.

Pada tingkat paling dasar, yang menjadi fondasi utama IPSI, adalah perguruan-perguruan Pencak Silat yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap perguruan memiliki otonomi dalam mengembangkan kurikulum, teknik, dan filosofi ajaran masing-masing, namun tetap harus terdaftar dan berafiliasi dengan IPSI serta mematuhi aturan umum yang ditetapkan oleh organisasi induk. Hubungan antara perguruan dengan Pengkab/Pengkot, Pengprov, dan PP IPSI adalah sinergis, di mana perguruan menjadi sumber utama pengembangan atlet dan pelestarian seni, sementara IPSI menyediakan wadah, regulasi, dan kesempatan berprestasi. Jangkauan IPSI tidak hanya terbatas di dalam negeri. Melalui PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa), yang merupakan inisiatif Indonesia, IPSI berhasil membawa Pencak Silat ke panggung dunia. PERSILAT didirikan dengan dukungan kuat dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, dan kini telah beranggotakan puluhan negara dari berbagai benua. Melalui PERSILAT, IPSI berperan aktif dalam standardisasi aturan pertandingan internasional, penyelenggaraan Kejuaraan Dunia Pencak Silat, dan berbagai forum internasional lainnya untuk mempromosikan dan mengembangkan Pencak Silat secara global. Kehadiran Pencak Silat di ajang olahraga multi-event seperti SEA Games, Asian Games, dan bahkan sedang diupayakan masuk ke Olimpiade, adalah bukti nyata dari keberhasilan jangkauan internasional IPSI. Dengan struktur organisasi yang solid dan jangkauan yang luas, IPSI mampu memastikan bahwa Pencak Silat, yang merupakan warisan budaya tak benda Indonesia, tidak hanya terjaga eksistensinya tetapi juga terus berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia, mencerminkan semangat persatuan dan kebanggaan nasional yang melekat pada organisasi ini.

Pencak Silat di Bawah Naungan IPSI: Olahraga, Seni, dan Bela Diri

Di bawah naungan IPSI singkatan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia, Pencak Silat diakui dan dikembangkan dalam tiga dimensi utama yang saling melengkapi: sebagai olahraga, seni, dan bela diri. Pendekatan holistik ini merupakan salah satu keunikan dan kekuatan Pencak Silat yang membedakannya dari banyak seni bela diri lainnya. Sebagai olahraga, Pencak Silat memiliki aturan pertandingan yang jelas dan terstandardisasi oleh IPSI. Kategori pertandingan umumnya dibagi menjadi dua, yaitu Tanding dan Seni. Pada kategori Tanding, dua pesilat saling berhadapan dalam ring, menggunakan teknik pukulan, tendangan, sapuan, bantingan, dan kuncian untuk mengalahkan lawan, dengan batasan-batasan tertentu yang menjamin keselamatan atlet. Penilaian didasarkan pada efektivitas serangan, pertahanan, dan teknik yang sah. Kategori ini menuntut fisik prima, strategi, kecepatan, dan akurasi dari para atlet. Sementara itu, kategori Seni, atau sering disebut Jurus, menitikberatkan pada keindahan gerak, keselarasan, ketepatan, dan penghayatan dalam menampilkan rangkaian jurus tunggal, ganda, atau beregu. Pesilat menunjukkan kemahiran mereka dalam gerak estetis yang diiringi musik tradisional, seringkali menggunakan senjata tradisional seperti golok, keris, atau toya. Kategori seni ini tidak hanya menguji kemampuan teknis tetapi juga ekspresi budaya dan spiritual yang mendalam. IPSI secara konsisten menyelenggarakan berbagai kompetisi di tingkat regional, nasional, dan internasional untuk kategori olahraga ini, memberikan platform bagi para pesilat untuk menguji kemampuan mereka dan meraih prestasi.

Aspek seni dalam Pencak Silat di bawah pembinaan IPSI jauh melampaui sekadar kategori pertandingan Seni. Ini mencakup kembangan, yaitu gerak-gerik yang indah dan luwes namun memiliki makna defensif dan ofensif, seringkali ditampilkan dalam pertunjukan atau acara adat. Kembangan adalah representasi dari kekayaan budaya dan filosofi gerak dalam Pencak Silat, yang setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. IPSI berperan dalam melestarikan keragaman kembangan ini sebagai warisan budaya tak benda. Selain itu, iringan musik tradisional seperti gamelan, kendang, dan gong sering mengiringi pertunjukan Pencak Silat, menambah nuansa magis dan khidmat. Musik ini bukan hanya sekadar pengiring, tetapi juga menjadi penanda ritme dan emosi dalam setiap gerakan pesilat. Aspek bela diri adalah akar fundamental dari Pencak Silat. Gerakan-gerakan yang indah dalam seni dan teknik yang efektif dalam olahraga sejatinya berlandaskan pada prinsip-prinsip pertahanan diri dan serangan. IPSI memastikan bahwa aspek bela diri ini tidak pernah terabaikan. Melalui berbagai program pelatihan, pesilat diajarkan tidak hanya untuk bertarung di arena, tetapi juga memahami esensi self-defense yang praktis, efektif, dan bertanggung jawab. Ini termasuk pembentukan karakter, etika, dan disiplin mental yang kuat, sehingga seorang pesilat tidak hanya mahir secara fisik tetapi juga memiliki budi pekerti luhur. Filosofi bela diri yang menekankan pada penggunaan kekuatan secara bijak dan hanya sebagai upaya terakhir adalah inti dari ajaran Pencak Silat. Dengan mengintegrasikan ketiga dimensi ini—olahraga, seni, dan bela diri—IPSI memastikan bahwa Pencak Silat tetap menjadi sebuah disiplin yang komprehensif, tidak hanya mengembangkan tubuh dan pikiran, tetapi juga jiwa dan karakter, menjadikannya warisan yang tak lekang oleh waktu dan relevan untuk setiap generasi.

Tantangan dan Prospek Masa Depan IPSI

Menilik ke depan, IPSI singkatan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia, menghadapi sejumlah tantangan sekaligus memiliki prospek cerah dalam upaya melestarikan dan mengembangkan Pencak Silat di era modern ini. Salah satu tantangan terbesar adalah globalisasi dan modernisasi. Di tengah gempuran berbagai seni bela diri asing yang lebih populer dan didukung oleh industri media yang kuat, IPSI harus bekerja keras untuk mempertahankan daya tarik Pencak Silat, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini membutuhkan strategi pemasaran dan promosi yang inovatif, yang mampu menunjukkan relevansi Pencak Silat dalam konteks kehidupan kontemporer. Tantangan lain adalah standardisasi versus pelestarian keragaman. Dengan ribuan aliran dan teknik yang unik di seluruh Indonesia, IPSI memiliki tugas berat untuk menciptakan standar kompetisi dan pelatihan tanpa menghilangkan kekayaan lokal yang menjadi ciri khas masing-masing perguruan. Menjaga keseimbangan antara unifikasi untuk keperluan olahraga prestasi dan pelestarian otentisitas budaya adalah pekerjaan yang kompleks. Selain itu, pendanaan dan profesionalisme manajemen juga merupakan isu krusial. Pengembangan atlet, penyelenggaraan kejuaraan, dan program pelestarian membutuhkan sumber daya finansial yang besar dan manajemen organisasi yang profesional, transparan, serta akuntabel. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di semua tingkatan, mulai dari pelatih, wasit, juri, hingga pengurus, juga menjadi prioritas untuk memastikan kualitas dan kredibilitas IPSI tetap terjaga. Keterbatasan akses terhadap fasilitas pelatihan modern dan teknologi terkini juga dapat menghambat potensi pengembangan pesilat di daerah-daerah terpencil.

Meskipun demikian, prospek masa depan IPSI sangat menjanjikan. Dengan fondasi sejarah yang kuat dan dukungan pemerintah serta masyarakat, IPSI memiliki potensi besar untuk terus membawa Pencak Silat ke tingkat yang lebih tinggi. Salah satu prospek cerah adalah ekspansi internasional yang berkelanjutan. Keberhasilan masuknya Pencak Silat ke ajang SEA Games dan Asian Games adalah bukti bahwa Pencak Silat memiliki daya saing dan dapat diterima secara global. Upaya untuk menjadikan Pencak Silat sebagai cabang olahraga Olimpiade adalah target jangka panjang yang ambisius namun realistis, dan IPSI bersama PERSILAT terus berjuang untuk mewujudkan mimpi ini. Prospek lainnya adalah pengembangan Pencak Silat sebagai industri kreatif dan pariwisata. Pertunjukan seni Pencak Silat, workshop, dan festival dapat dikemas menjadi atraksi wisata budaya yang menarik, yang tidak hanya melestarikan seni tetapi juga memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat. Integrasi dengan teknologi, seperti penggunaan analisis video untuk pelatihan, pengembangan aplikasi pembelajaran Pencak Silat, atau platform digital untuk pendaftaran dan informasi, juga dapat menarik minat generasi digital. Peningkatan partisipasi perempuan dan kelompok disabilitas juga merupakan area pengembangan yang menjanjikan, menjadikan Pencak Silat lebih inklusif. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun komunitas, IPSI dapat terus berinovasi dan beradaptasi. Prospek ini tidak hanya tentang mempertahankan Pencak Silat sebagai warisan, tetapi juga menjadikannya kekuatan yang relevan, dinamis, dan membanggakan di abad ke-21, memastikan bahwa IPSI tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga cahaya Pencak Silat tetap bersinar terang.

Mengapa IPSI Penting bagi Identitas Bangsa?

Memahami IPSI singkatan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia bukan hanya sekadar mengetahui nama organisasi, tetapi juga menggali mengapa organisasi ini memegang peranan vital dalam memperkuat identitas bangsa Indonesia. Pencak Silat, sebagai seni bela diri asli Nusantara, adalah representasi hidup dari kekayaan budaya, kearifan lokal, dan semangat perjuangan nenek moyang kita. Keberadaan IPSI memastikan bahwa warisan tak benda yang tak ternilai ini tidak hanya terpelihara, tetapi juga terus beregenerasi dan relevan bagi setiap generasi. Tanpa IPSI, Pencak Silat mungkin akan tercerai-berai menjadi fragmen-fragmen kecil yang rentan punah di tengah arus globalisasi. IPSI adalah wadah yang menyatukan ribuan perguruan dengan gaya dan filosofi berbeda di bawah satu bendera, menciptakan kekuatan kolektif yang jauh lebih besar daripada total bagian-bagiannya. Ini adalah simbol persatuan di tengah keberagaman, yang mencerminkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan adanya IPSI, Pencak Silat tidak hanya sekadar gerakan fisik; ia menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, sportivitas, keberanian, kesetiaan, dan penghormatan kepada sesama serta alam. Nilai-nilai ini adalah inti dari karakter bangsa Indonesia yang ingin terus dipertahankan dan ditumbuhkembangkan. Oleh karena itu, IPSI berfungsi sebagai benteng budaya dan moral bangsa, membentuk generasi muda yang tidak hanya tangguh secara fisik tetapi juga kuat dalam integritas dan budi pekerti.

Lebih jauh lagi, IPSI juga berperan sebagai duta budaya Indonesia di kancah internasional. Setiap kali atlet Pencak Silat Indonesia meraih medali di SEA Games, Asian Games, atau Kejuaraan Dunia, atau ketika pertunjukan seni Pencak Silat memukau penonton di luar negeri, itu adalah momen kebanggaan nasional yang tidak hanya mengangkat nama Indonesia tetapi juga memperlihatkan kekayaan dan keunikan budaya kita kepada dunia. IPSI melalui berbagai program internasionalnya, seperti kerja sama dengan PERSILAT, menjadi garda terdepan dalam diplomasi budaya, menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan tradisi dan memiliki kontribusi signifikan terhadap peradaban dunia. Selain itu, IPSI memberikan rasa kepemilikan dan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia terhadap warisan budaya mereka sendiri. Ketika Pencak Silat meraih pengakuan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia pada tahun 2019, itu adalah buah dari upaya gigih yang salah satunya dipelopori oleh IPSI dan seluruh komunitas Pencak Silat. Pengakuan ini tidak hanya membanggakan tetapi juga menegaskan kembali pentingnya menjaga dan mempromosikan seni bela diri ini. Melalui pelatihan, kompetisi, dan pertunjukan, IPSI terus mendorong partisipasi aktif masyarakat dari segala usia dan latar belakang, menjadikan Pencak Silat sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPSI tidak hanya mengurus aspek teknis Pencak Silat, tetapi juga secara fundamental berkontribusi dalam memupuk dan menguatkan identitas bangsa, menjadikannya organisasi yang esensial dan tak tergantikan dalam mozaik kebudayaan Indonesia.